“ketika orang lain sedang bingung mencari
pekerjaan, saya pun berpikir,
‘kenapa bukan saya saja yang menciptakan lapangan
pekerjaan?’”
Kita sering mendengar kata
‘entrepreneur’ dan ‘entrepreneurship’ atau dalam bahasa indonesia biasa
diartikan ‘pengusaha’ dan kewirausahaan. Namun, apa sih definisi dari kata-kata
tersebut? Berikut definisinya menurut para ahli,
RICHARD CANTILLON, Wirausaha adalah seseorang yang mampu
memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat
produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi.
SCHUMPETER, Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu).
SYAMSUDIN SURYANA, Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.
SCHUMPETER, Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu).
SYAMSUDIN SURYANA, Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.
Baringer&Ireland, (2008) medefinisikan entrepreneurship sebagai proses seorang individu
mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dimiliki saat ini.
Sedangkan menurut Sri Edi Swasono (1978:38), entreprenaur adalah
pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai visi kedepan
dan memiliki keunggulan dalam prestasi bidang ekonomi.
Dewasa ini, negara Indonesia sedang mengalami
berbagai masalah ekonomi. Mulai dari pengangguran, inflasi, hingga korupsi. Tak
dipungkiri, entrepreneur-lah yang menjadi harapan bagi ekonomi negara agar
tetap berjalan.
Data statistik menunjukkan bahwa jumlah pengusaha
di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Dalam sebuah
statistik, indonesia baru mencapai 0,2% dari jumlah penduduknya. (http://forum.vivanews.com ) Pada data yang lain ada yang menyebutkan
sebanyak 0,24% (http://ekonomi.kompasiana.com), dan 1,56% dari jumlah penduduknya. (http://finance.detik.com). Padahal,
persyaratan suatu negara dapat dikatakan memiliki perekonomian kuat dan menjadi
negara maju apabila memiliki jumlah pengusaha sebanyak minimal 2% dari jumlah
penduduknya. Mari bandingkan dengan negara-negara terdekat kita seperti,
Singapura yang memiliki pengusaha sebanyak 5-7%, Malaysia 3%, Cina 10%, dan
pastinya Amerika Serikat sebanyak 12,5% dari
jumlah penduduknya.
Lalu, apa yang salah dengan negara kita?
Masyarakat ataukah sistem perekonomiannya? Jangan itu yang kita pikirkan. Tapi,
berfikir mengenai solusi apa yang akan dilakukan.
Langkah awal
Bisa diawali dengan mengkonsep diri. Ketika orang
lain berkata, “setelah lulus kuliah, saya mau kerja apa ya?. Mari mengkonsep
diri dengan berkata, “setelah lulus kuliah, seya mau berwirausaha apa ya?”. Hal
itulah yang seharusnya ditanamkan kepada
generasi bangsa sejak dini. Oleh karena itulah, sekarang pun banyak sekolah
yang memberikan pengajaran tentang entrepreneurship kepada para muridnya.
Perlu diketahui, data statistik tahun 2011,
menyatakan bahwa jumlah sarjana yang menganggur lebih dari 200.000 orang. Hal
ini disebabkan kesalahan mindset yang menganggap bahwa dengan
berwirausaha, tidak dapat menjamin kehidupan yang layak di masa depan. Yang
mereka pikirkan hanya bagaimana mendapat pekerjaan yang layak dan dapat gaji.
Bukan bagaimana cara saya membuka usaha sendiri, mempekerjakan, dan menggaji
orang lain. Padahal, permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah banyaknya
penduduk, tapi minimnya lapangan pekerjaan.
Hal di atas pun tak akan dengan mudah
terealisasikan tanpa adanya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Kesadaran
akan hal itulah yang belum ditanggapi secara serius oleh para generasi bangsa.
Sudah saatnya kita merubah sikap, pandangan, dan pola fikir, untuk menjadi
negara maju seperti yang sudah dialami oleh bangsa lain seperti Singapura,
Malaysia, Thailand, AS, dan negara-negara maju lainnya.
Ekonomi kreatif
Kreatifitas adalah hal yang menjadi dasar
munculnya konsep ekonomi kreatif yang mulai marak disosialisasikan, bersamaan
dengan pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Di zaman mpdern ini, makin
disadari bahwa ide adalah barang ekonomi yang amat penting. Ide dan kreatifitas
tersebutlah yang dapat melahirkan inovasi-inovasi yang hebat. Bahkan dengan
berinovasi, sesuatu yang dianggap hama pun bisa menjadi laba. Hal yang dianggap
sampah, bisa menjadi berkah. Dan barang bekas, juga bisa berubah menjadi barang
berkualitas. Itu samua bisa muncul jika kita meyakini semua yang telah
diciptakan Allah SWT. pasti bermanfaat.
Allah SWT. berfirman dalam al-Qur’an surah Ali ‘Imran
ayat 190-191, yang artinya kurang lebih sebagai berikut;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk (seraya berkata), “Ya
tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Ali ‘Imran [3]:190-191)
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT. karena
hidup di Indonesia. Betapa tidak, berbagai nikmat-Nya telah diberikan. Sumber
Daya Alam yang melimpah. Sumber Daya Manusia yang tak kalah banyak. Jika
disertai dengan kesadaran dan pendidikan akan kewirausahaan yang memadai, bisa
jadi kedudukan Amerika Serikat sebagai negara ‘adidaya’, dapat digantikan oleh
negara Indonesia.
Namun ingat, bahwasanya berwirausaha tidak hanya
berprinsipkan bagaimana saya memperoleh keuntungan yang cukup sehingga bisa
hidup dengan layak. Tetapi juga memikirkan bagaimana orang-orang disekitar kita
dapat ikut terbantu dengan wirausaha yang telah dibuat.
Modal
Menurut Bob Sadino, si pemilik supermarket KIM
CHIKS, modal bukan hanya benda yang bisa dilihat dan dihitung, atau
kebanyakan orang mengatakan, “pokoknya uang”. Ada modal yang tidak bisa
dilihat. Modal tersebut merupakan pegangan untuk menjadi erntrepreneur, antara
lain;
-
Harus
punya kemauan
-
Tekad
yang bulat
-
Keberanian
mengambil peluang
-
Dan
pastinya jangan cengeng dan tahan banting
Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom) juga memiliki pendapat
tersendiri mengenai hal tersebut. Beliau melihat peluang usaha dari
keterbatasan komunikasi -terutama di luar Pulau Jawa- dengan memanfaatkan
teknologi yang ada.
Tak jauh beda dengan Freed Hehuwat yang
merupakan salah satu pendiri yayasan ASHOKA Indonesia. Beliau berkata, “Kita
membina orang-orang yang memiliki program-program entrepreneur. Awalnya,
seseorang melihat keadaan, mengenal lapangan, mempunyai ide cemerlang,
mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, tidak tergantung fasilitas, dan
sebagainya, maka ide cemerlang itu akan kita bantu. Kita mencari orang-orang
itu.”
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa berwirausaha
merupakan salah satu solusi untuk memeperbaiki keadaan ekonomi negara
Indonesia. Berawal dari kesadaran konsep dan rasa cinta produk dalam negeri,
bisa menumbuhkan inovasi yang dapat merubah negeri. Tak perlu modal yang
terlalu besar, cukup dengan memanfaatkan peluang dan meyakini bahwa segala hal
yang Allah SWT. berikan pasti tidak
sia-sia.
“Tidak perlu muluk-muluk untuk menggerakkan Indonesia secara langsung.
Tetapi , mari kita mulai dengan mengHebatkan diri kita untuk, untuk mengHebatkan
Indonesia.”
(Putu Putrayasa, seorang penulis, trainer,
coach, dan entrepreneur)
Siapkah anda menjadi entrepreneur Indonesia selanjutnya?
(HP45-002)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar