Rabu, 23 Januari 2013

JADI ENTREPRENEUR INDONESIA, ITU BARU LUAR BIASA


“ketika orang lain sedang bingung mencari pekerjaan, saya pun berpikir,
‘kenapa bukan saya saja yang menciptakan lapangan pekerjaan?’”
Kita sering mendengar kata ‘entrepreneur’ dan ‘entrepreneurship’ atau dalam bahasa indonesia biasa diartikan ‘pengusaha’ dan kewirausahaan. Namun, apa sih definisi dari kata-kata tersebut? Berikut definisinya menurut para ahli,
RICHARD CANTILLON, Wirausaha adalah seseorang yang mampu memindahkan atau mengkonversikan sumber-sumber daya ekonomis dari tingkat produktivitas rendah ketingkat produktivitas yang lebih tinggi.
 SCHUMPETER, Wirausaha merupakan inovator yang tidak selalu menjadi inventor (penemu).
 SYAMSUDIN SURYANA, Wirausaha adalah seseorang yang memiliki karakteristik percaya diri, berorientasi pada tugas dan hasil, pengambil resiko yang wajar, kepemimpinan yang lugas, kreatif menghasilkan inovasi, serta berorientasi pada masa depan.

Baringer&Ireland, (2008) medefinisikan entrepreneurship sebagai proses seorang individu mengejar peluang tanpa memperhatikan sumber daya yang dimiliki saat ini.
Sedangkan menurut Sri Edi Swasono (1978:38), entreprenaur adalah pelopor dalam bisnis, inovator, penanggung resiko yang mempunyai visi kedepan dan memiliki keunggulan dalam prestasi bidang ekonomi.
Dewasa ini, negara Indonesia sedang mengalami berbagai masalah ekonomi. Mulai dari pengangguran, inflasi, hingga korupsi. Tak dipungkiri, entrepreneur-lah yang menjadi harapan bagi ekonomi negara agar tetap berjalan.
Data statistik menunjukkan bahwa jumlah pengusaha di Indonesia mengalami kenaikan dan penurunan dari tahun ke tahun. Dalam sebuah statistik, indonesia baru mencapai 0,2% dari jumlah penduduknya. (http://forum.vivanews.com )  Pada data yang lain ada yang menyebutkan sebanyak 0,24% (http://ekonomi.kompasiana.com), dan 1,56% dari jumlah penduduknya. (http://finance.detik.com).  Padahal, persyaratan suatu negara dapat dikatakan memiliki perekonomian kuat dan menjadi negara maju apabila memiliki jumlah pengusaha sebanyak minimal 2% dari jumlah penduduknya. Mari bandingkan dengan negara-negara terdekat kita seperti, Singapura yang memiliki pengusaha sebanyak 5-7%, Malaysia 3%, Cina 10%, dan pastinya Amerika Serikat sebanyak 12,5% dari  jumlah penduduknya.
Lalu, apa yang salah dengan negara kita? Masyarakat ataukah sistem perekonomiannya? Jangan itu yang kita pikirkan. Tapi, berfikir mengenai solusi apa yang akan dilakukan.

Langkah awal
Bisa diawali dengan mengkonsep diri. Ketika orang lain berkata, “setelah lulus kuliah, saya mau kerja apa ya?. Mari mengkonsep diri dengan berkata, “setelah lulus kuliah, seya mau berwirausaha apa ya?”. Hal itulah yang seharusnya ditanamkan  kepada generasi bangsa sejak dini. Oleh karena itulah, sekarang pun banyak sekolah yang memberikan pengajaran tentang entrepreneurship kepada para muridnya.
Perlu diketahui, data statistik tahun 2011, menyatakan bahwa jumlah sarjana yang menganggur lebih dari 200.000 orang. Hal ini disebabkan kesalahan mindset yang menganggap bahwa dengan berwirausaha, tidak dapat menjamin kehidupan yang layak di masa depan. Yang mereka pikirkan hanya bagaimana mendapat pekerjaan yang layak dan dapat gaji. Bukan bagaimana cara saya membuka usaha sendiri, mempekerjakan, dan menggaji orang lain. Padahal, permasalahan yang kita hadapi saat ini adalah banyaknya penduduk, tapi minimnya lapangan pekerjaan.
Hal di atas pun tak akan dengan mudah terealisasikan tanpa adanya rasa cinta terhadap produk dalam negeri. Kesadaran akan hal itulah yang belum ditanggapi secara serius oleh para generasi bangsa. Sudah saatnya kita merubah sikap, pandangan, dan pola fikir, untuk menjadi negara maju seperti yang sudah dialami oleh bangsa lain seperti Singapura, Malaysia, Thailand, AS, dan negara-negara maju lainnya.
Ekonomi kreatif
Kreatifitas adalah hal yang menjadi dasar munculnya konsep ekonomi kreatif yang mulai marak disosialisasikan, bersamaan dengan pendidikan kewirausahaan di Indonesia. Di zaman mpdern ini, makin disadari bahwa ide adalah barang ekonomi yang amat penting. Ide dan kreatifitas tersebutlah yang dapat melahirkan inovasi-inovasi yang hebat. Bahkan dengan berinovasi, sesuatu yang dianggap hama pun bisa menjadi laba. Hal yang dianggap sampah, bisa menjadi berkah. Dan barang bekas, juga bisa berubah menjadi barang berkualitas. Itu samua bisa muncul jika kita meyakini semua yang telah diciptakan Allah SWT. pasti bermanfaat.
Allah SWT. berfirman dalam al-Qur’an surah Ali ‘Imran ayat 190-191, yang artinya kurang lebih sebagai berikut;
“Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal. (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil  berdiri atau duduk (seraya berkata), “Ya tuhan kami, tidaklah engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka.”
(Q.S. Ali ‘Imran [3]:190-191)  
Kita patut bersyukur kepada Allah SWT. karena hidup di Indonesia. Betapa tidak, berbagai nikmat-Nya telah diberikan. Sumber Daya Alam yang melimpah. Sumber Daya Manusia yang tak kalah banyak. Jika disertai dengan kesadaran dan pendidikan akan kewirausahaan yang memadai, bisa jadi kedudukan Amerika Serikat sebagai negara ‘adidaya’, dapat digantikan oleh negara Indonesia.
Namun ingat, bahwasanya berwirausaha tidak hanya berprinsipkan bagaimana saya memperoleh keuntungan yang cukup sehingga bisa hidup dengan layak. Tetapi juga memikirkan bagaimana orang-orang disekitar kita dapat ikut terbantu dengan wirausaha yang telah dibuat.
Modal
Menurut Bob Sadino, si pemilik supermarket KIM CHIKS, modal bukan hanya benda yang bisa dilihat dan dihitung, atau kebanyakan orang mengatakan, “pokoknya uang”. Ada modal yang tidak bisa dilihat. Modal tersebut merupakan pegangan untuk menjadi erntrepreneur, antara lain;
-          Harus punya kemauan
-          Tekad yang bulat
-          Keberanian mengambil peluang
-          Dan pastinya jangan cengeng dan tahan banting
Hadrijanto Satyanegara (PR Manager Patrakom) juga memiliki pendapat tersendiri mengenai hal tersebut. Beliau melihat peluang usaha dari keterbatasan komunikasi -terutama di luar Pulau Jawa- dengan memanfaatkan teknologi yang ada.
Tak jauh beda dengan Freed Hehuwat yang merupakan salah satu pendiri yayasan ASHOKA Indonesia. Beliau berkata, “Kita membina orang-orang yang memiliki program-program entrepreneur. Awalnya, seseorang melihat keadaan, mengenal lapangan, mempunyai ide cemerlang, mempunyai kemampuan menyelesaikan masalah, tidak tergantung fasilitas, dan sebagainya, maka ide cemerlang itu akan kita bantu. Kita mencari orang-orang itu.”
Kesimpulan
Dapat ditarik kesimpulan bahwa berwirausaha merupakan salah satu solusi untuk memeperbaiki keadaan ekonomi negara Indonesia. Berawal dari kesadaran konsep dan rasa cinta produk dalam negeri, bisa menumbuhkan inovasi yang dapat merubah negeri. Tak perlu modal yang terlalu besar, cukup dengan memanfaatkan peluang dan meyakini bahwa segala hal yang Allah SWT. berikan  pasti tidak sia-sia.
“Tidak perlu muluk-muluk untuk menggerakkan Indonesia secara langsung. Tetapi , mari kita mulai dengan mengHebatkan diri kita untuk, untuk mengHebatkan Indonesia.”
(Putu Putrayasa, seorang penulis, trainer, coach, dan entrepreneur)
Siapkah anda menjadi entrepreneur Indonesia selanjutnya?
 (HP45-002)



Tidak ada komentar:

Posting Komentar